Sabtu, 10 Januari 2015

Museum Benteng Heritage dan Pecinan di kawasan Pasar Lama Tangerang

Pagi tanggal 09 November 2014, saya janjian dengan Mba Adri di stasiun kereta Sudirman. Saya lupa kalau hari itu ada car free day. Jadi saya harus naek ojek ke stasiun Sudirman dari Senayan City. Rencana kami hari ini adalah ke Tangerang untuk tour di Museum Benteng dan kawasan Pasar Lama. Kami naik kereta dari stasiun Sudirman ke arah Duri untuk transit kereta ke Tangerang.
Sampai stasiun Tangerang keluar pelataran stasiun lalu belok ke arah kiri menuju Kawasan Pasar Lama. Lumayan tidak jauh menuju Museum dengan jalan kaki, untuk ke Museum Benteng Heritage kita bisa masuk lewat salah satu gang (nama gangnya lupa hehehee).

Kebetulan teman kami Mba Suci waktu itu masih bekerja di Museum Benteng Heritage, sekarang sudah jadi orang kantoran hehhee. Jadi kami dipandu langsung oleh Mba Uci.

Disana kami dipandu tour Pecinan keliling Kawasan Pasar Lama. Kawasan kota tua Tangerang dikenal juga sebagai kawasan ‘Benteng’, katanya sih berasal dari kata ‘ciben’ atau ‘Cina Benteng’ yang tidak lain adalah sebutan untuk orang-orang Tionghoa yang sejak dulu bermukim di daerah tersebut. Karena sudah tahun lalu dan saya sudah banyak lupa kemana dan penjelasannya, maka saya akan perbanyak foto disini :)

Museum Benteng Heritage

Museum Benteng Heritage adalah museum pribadi milik Bapak Udaya Halim, yang merupakan hasil restorasi dari sebuah bangunan tua berarsitektur tradisional Tionghoa yang kira-kira dibangun pada sekitar abad ke-17. Bangunan ini juga merupakan bangunan tertua di Tangerang dengan unsur Tionghoa yang amat kental. Museum ini terletak di tengah pasar lama Tangerang. Bangunan museum berupa tingkat dua, dimana tingkat pertama adalah tempat souvenir dan ruang makan/diskusi, tingkat dua tempat koleksi barang-barang antik masa lalu.


Tampak Depan Museum Benteng Heritage

Mendengarkan kisah Pecinan dari ownernya langsung, Bapak Udayana Halim.

  
Plakat Museum

Topi yang dipakai untuk tour keliling

Sayangnya tour dilantai dua museum tidak boleh foto-foto. Banyak barang jaman dulu seperti botol-botol Kecap-kecap lama, cara ngebuka pintu khas cina, sempoa, peralatan/kain/pakaian/sepatu dan masih banyak lagi barang-barang jaman dulu yang sangat menarik dan menambah wawasan tentunya. Oleh pemilik museum kami diajak menonton dan diberi penjelasan tentang lagu Indonesia Raya dari yang umum sekarang sampai dengan versi asli yaitu 4 stanza.

Di depan Museum Benteng Heritage setiap pagi ada semacam pasar pagi/tradisional, banyak penjual sayuran, ikan, buah, bunga dan masih banyak yang lainnya tumpah ruah disini. Sedikit mengganggu pemandangan dan pejalan yang akan ke Museum.



Klenteng Boen Tek Bio

Klenteng Boen Tek Bio adalah Klenteng tertua di Tangerang diperkirakan berumur lebih dari 300 tahun. Bau harum hio yang khas sangat menyerbak ketika kita masuk pelataran Klenteng. Di belakang kelenteng Boen Tek Bio juga terdapat sebuah vihara yang bernama Vihara Padumuttara.



RUMAH BERGAYA CINA YANG "TERLUPAKAN"

Setelah dari Klenteng kami menyusuri jalan-jalan melihat peninggalan rumah-rumah berarsitektur Cina yang sudah tidak terawat lagi. Sangat disayangkan sekali :( 
Kami juga mengunjungi rumah yang sedang di revitalisasi yang nantinya akan dibuat perpustakaan, kalau tidak salah ingat heheee.



TANGGA DJAMBAN dan MASJID JAMI KALI PASIR

Lalu kami beranjak ke aliran Sungai Cisadane, di sini terdapat Tangga Djamban. Dulu dibangun dari sumbangan  81 orang warga Tionghoa Tangerang.  Tangga tersebut hancur total pada tahun 2009, setahun kemudian didirikan lagi atas inisiatif masyarakat.  Prasasti yang memuat nama ke-81 penyumbang Tangga Djamban bisa dilihat di Museum Benteng Heritage dilantai dua. Tiap tahunnya di Sungai Cisadane diadakan festival besar, yaitu Festival Perahu Naga atau Festival Pecun.


 Masjid Jami Kali Pasir adalah masjid di tengah daerah padat penduduk tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio. Masjid ini bernuansa hijau putih, dan sudah pernah dirombak, yang masih utuh dipertahankan adalah empat tiang di dalam masjid dan kubah kecil bermotif China di atas masjid.

Penutupun dari acara tour adalah kami adalah disuguhi makanan semacam ketupat sayur beserta kue-kue khas, namanya saya lupa :)

 

Dengan ikut tour ini saya semakin banyak tau sejarah orang-orang Tiongkok yang masuk Indonesia dan orang-orang Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga th 1407 dipimpim oleh Chen Ci Long. Diduga mereka merupakan bagian dari rombongan armada Cheng Ho (Zheng He) Laksamana Tiongkok yang beragama islam (saya baru tau :) ).

Pengen lebih jelas dan tau banyak lagi? Datang saja ke Museum Benteng Heritage atau cek web mereka di www.bentengheritage.com  :)    

Terimakasih kepada Mba Uci yg sudah memandu kami khususnya saya dan Mba Adri :)
.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar